MAHAKAM ULU – Di tengah upaya efisiensi anggaran daerah, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Mahakam Ulu (Mahulu) tetap fokus menjalankan tiga proyek infrastruktur prioritas pada tahun ini.
Ketiga proyek tersebut meliputi pembuatan jalan alternatif di sekitar bandara, pembangunan akses jalan menuju lokasi batalion di Kampung Sebunut, Kecamatan Long Bagun, serta penyiapan lahan untuk proyek sisi darat bandara yang didanai oleh Pemprov Kaltim.
Kepala Dinas PUPR Mahulu, Didik Subagya, menjelaskan bahwa pembangunan jalan alternatif di sekitar area bandara menjadi hal mendesak untuk menjamin akses masyarakat ke ladang dan kampung tidak terganggu, menyusul penutupan jalan lama akibat pembangunan runway.
”Bandara itu kalau runway-nya sudah jadi, jalan masyarakat ke kampung dan ke ladang ditutup. Nah, kita rencanakan buatkan jalan di sebelah runway supaya masyarakat tidak terganggu, karena nanti mereka memang tidak boleh melintas di area bandara,” jelas Didik, Rabu (8/10/2025).
Lanjutnya, usulan pembangunan jalan alternatif tersebut telah diajukan melalui APBD Perubahan (APBD-P) tahun berjalan, meskipun belum dapat dipastikan apakah anggarannya bisa direalisasikan tahun ini.
Selain itu, PUPR juga tengah menyiapkan akses jalan menuju lokasi batalion ketahanan pangan di Kampung Sebunut yang ditargetkan rampung pada Desember mendatang, sesuai informasi dari Kodim Mahakam Ulu.
“Untuk kegiatan batalion di Kampung Sebunut, itu juga prioritas kita. Informasi dari Pak Dandim, Desember ini harus selesai,” ujar Didik
Sementara untuk proyek sisi darat bandara, Pemprov Kaltim telah menyiapkan anggaran sebesar Rp43 miliar, namun dengan catatan bahwa lahan harus siap bangun.
Oleh karena itu, Dinas PUPR saat ini fokus meratakan area yang akan digunakan sebagai tapak bangunan terminal penumpang.
“Provinsi nanti kasih anggaran sekitar Rp43 miliar untuk sisi darat bandara, tapi catatannya lahannya harus siap. Lahannya sudah siap, Cuma kesiapan tapak bangunannya yang belum karena masih menunggu anggaran. Kami belum bisa tanda tangan kontrak kalau belum ada dana,” terangnya.
Didik juga menyoroti tantangan teknis yang dihadapi di lapangan, terutama terkait proses lelang dan kondisi cuaca yang kerap menghambat progres pekerjaan. “Kalau lelang itu kan butuh waktu, dan pekerjaan fisik biasanya hanya 45 hari, belum lagi kalau cuaca tidak mendukung. Itu salah satu kendala kami juga,” pungkasnya.
